PELATIHAN MEMBATIK KHAS KALURAHAN

lilik prasetyo 17 November 2022 10:24:51 WIB

Wiladeg

Selasa, 8 November 2022

Diaula Kalurahan Wiladeg diadakan pelatihan membatik khas Kalurahan Wiladeg, pelatihan tersebut didanai menggunakan Dana Keistimewaan Yogyakarta. kegiatan ini berlangsung selama 8 hari, kegiatan yang di ikuti oleh perwakilan dari 10 padukuhan ini membuat disain batik khas Kalurahan Wiladeg. dengan corak khas wiladeg yaitu wilah ngadek atau bambu. asal mula Kalurahan Wiladeg adalah dari wila ngadeg ( berdiri )

Sejarah Wiladeg dari Kata Wilah Ngadeg (Buluh Bambu yang Berdiri)

Menurut pendapat dari sesepuh Wiladeg Ki Kartojemiko (Kijo) Wiladeg berasal dari kata Wilah Ngadeg (buluh bambu yang berdiri). Pada zaman dahulu Ki Kertoyudo dan Ki Rau beserta rombongan sampai di sebuah desa dan diterima oleh warga dengan baik. Desa tersebut dihuni oleh beberapa warga saja, sebagian besar wilayahnya adalah semak belukar dan hutan belantara. Ki Kertoyudo membangun tempat beribadah di Umbul Banteng serta membersihkan sumber air di tempat tersebut.

Semakin lama anak keturunan Ki Kertoyudo dan Ki Rau semakin banyak sehingga kampung tersebut sudah terlalu padat untuk dihuni. Oleh karena itu Ki Rau beserta anak cucunya berupaya mencari wilayah lain untuk membangun pemukiman tepatnya sebelah timur jauh dari perkampungan Ki Kertoyudo. Walaupun begitu tetapi persaudaraan mereka masih terjalin dengan baik, keluarga mereka masih saling mengunjungi. Namun karena perjalanan jauh tersebut melewati daerah yang kebanyakan masih hutan belantara maka banyak yang tersasar. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut kemudian mereka bersepakat bahwa sebagai pertanda letak rumah Ki Kertoyudo akan dipasang buluh bambu yang diletakkan di atas pohon yang tinggi di pekarangan rumah Ki Kertoyudo agar terlihat dari jauh.

Setelah berjalan beberapa saat, bila hendak berkunjung ke kediaman Ki Kertoyudo, mereka berkata “Ayo neng Wilah Ngadeg sowan Mbah Kertoyudo” lama kelamaan tidak menyebut Wilah Ngadeg tetapi “Ayo neng WILADEG sowan Mbah Kertoyudo”. Kebiasaan ini dikukuhkan ketika kenduri Bresik Desa dengan menyebutkan nama desa ini menjadi Wiladeg.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung